Minggu, 04 April 2010

"oo..weaweo..kembalikan Bali-ku padaNya "

life is really a gift from God.
Ketika mimpi menjadi kenyataan.

Minggu, 04 April 2010

Setelah semua aktivitas, dan setelah bekerja selama empat tahun di area Jakarta, tiba juga kesempatanku untuk menjejakkan kaki kembali di tanah yang berjulukan pulau dewata.

Ketika jam dirumah telah menunjukan waktu lewat dari pukul 11, dengan restu kakak dan orang tua dalam doa bersama, berangkatlah kami bersama, untuk mengantar kepergianku.

Dan, dengan segala niat dan tekad untuk bekerja disana, bukan liburan. Maka mendapatkan kamar dengan kipas angin mendesing pun tak mengapa buatku.

Pesawat LION itu telah mendarat dengan seksama pada pukul 17.00 wita, dengan selisih waktu 1 jam lebih cepat dari waktu indonesia bagian barat (WIB).

Saat jam 6 sore wita, seolah semuanya memang telah diatur oleh Tuhan, aku yang belum mengikuti misa Paskah pada hari Minggu ini, berniat setelah cek ini hotel, menuju suatu gereja di Kuta.

Saat itu kupikir terlambat untuk mengikuti. Ternyata belum dimulai dan persis akan dimulai pada pukul 6 sore, ketika lonceng gereja dibunyikan berkumandang.
Ternyata pula, misa setiap Minggu sore itu diadakan dalam bahasa Inggris, dengan umat Katolik yang hadir dari orang asing, pun juga dari orang lokal yang tetap mengikuti secara penuh.

Lantas apa benar segala sesuatu telah diatur olehNya?
Kita manusia memang kadang susah untuk percaya, pun merasa, sehingga kurang peka, bahkan terkadang bebal. Ketika kesadaran itu ada, itulah sebuah pencerahan dan anugerah dariNya pula.

Ketika penginapan yang kuperoleh hanya menyediakan kipas angin tenpa tutup dan berdesing, tanpa air minum, toilet tanpa keset dan apa saja yang seadanya dengah harga 70 ribu rupiah, tetapi dengan posisi strategis di jalan Tuban.

Saat kuberkunjung di sebuah wisma bernama Bethania, terletak dibelakang gereja ini, sesuai informasi yang pernah kuperoleh dari anggota koor Cantate Domino (di gereja St.Ignatius), maka kucarilah informasi lebih lanjut.

Adalah seseorang bernama pak Hari, wong Solo yang bertemu dengan jodohnya di Semarang, yang juga merantau belajar dari Bali. Beliau menjaga wisma tersebut.
Menurut penuturannya ketika ditanyakan tarif menginap semalam, dikatakan bahwa harga 1 kamar sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah (saja), sudah mendapatkan : AC!, toilet, tempat tidur, air mineral (bebas), mesin cuci (pemakaian bergantian) hingga alat memasak bersama, dengan dapur yang luas dan bersih.

Lantas muncul keheranan, kok bisa murah demikian? pak Hari pun mengatakan bahwa tarif sebesar itu telah mengikuti kebijakan dari Bapak Uskup. Silahkan dibayangkan betapa perdulinya Bpk.Uskup terhadap para pelancong atau pengunjung, tanpa membedakan agama dan latar belakangnya... (bersambung*)

2 komentar:

  1. Wew, mantap sekali semalam cuma 70 ribu. Terus pindah ke situ ga? Eh, ngomong-ngomong ini sepatu tripodnya malah ga jadi diambil.

    Btw, Tuhan memang mengatur semuanya dengan cara Dia sendiri kok :)
    He know exactly what we need. You said your job is boring and look, He give you this rotation. Super cool ya. Hehe..

    BalasHapus
  2. Bolehkah saya minta kontak info Wisma Bethania? Saya sedang mencari akomodasi yg murah untuk saya dan teman saya. Terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus

selamat datang pencinta kehidupan !

..adalah sebuah sukacita 'tuk bisa berbagi rasa dengan anda..